Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) adalah serangkaian acara kebudayaan Tionghoa untuk memeriahkan tahun baru imlek yang diselenggarakan di Chinatown-nya Yogyakarta, Kampung Ketandan. Tahun 2013 ini PBTY telah diselenggarakan pada 20-24 Februari lalu dan di tanggal 22 saya berkesempatan mengunjunginya. Ini pertama kalinya saya ke PBTY padahal event ini sudah diselenggarakan tiap tahun sejak delapan tahun silam *Ampun DJ, kemana saja saya selama ini??*
Sebagai salah satu event untuk meramaikan tahun baru imlek, banyak kekhasan budaya Tionghoa yang ditampilkan di PBTY ini seperti pertunjukan Barongsai, Bazzar makanan khas imlek, lomba karaoke lagu mandarin, pameran pernak-pernik Cina, dan lain-lain. Namun keunikan PBTY tahun ini adalah Tumpeng Raksasa yang diajukan untuk memecahkan rekor MURI. Selain itu, di PBTY tahun ular ini ada acara peresmian gapura “Kampoeng Ketandan”. Gapuranya sangat mencerminkan akulturasi budaya Tionghoa-Jawa, bertuliskan “Kampoeng Ketandan” yang juga dituliskan dalam hanacaraka(huruf Jawa) dan huruf mandarin, ada pula lambang kraton Jogja dan hiasan ukiran naga. Sayang sekali saya nggak punya fotonya tapi kalau sedang jalan-jalan di malioboro Anda bisa melihat gapura ini di samping Ramayana Dept. Store. Yup! di sanalah Kampung Ketandan berada.
Waktu itu saya masuk Ketandan melewati gapura tersebut dan menyusuri bazzarnya. Area bazzar yang berupa jalan kecil itu sudah ditutup tenda. Jadi meski saat itu hujan, pengunjung tetap bisa menikmati bazzar tanpa khawatir basah kehujanan.
Baru beberapa langkah memasuki bazzar itu, mata saya langsung tertuju pada Bakcang *harusnya pada cowok cakep nih biar dramatis..haha!*. Bakcang(Bacang) merupakan panganan tradisional orang Tionghoa yang terbuat dari beras ketan. Menurut Wiki, bakcang secara harafiah artinya adalah “berisi daging babi” (Bak=babi). Namun di sini bakcang ada juga yang isi ayam. Murah! cuma 8ribu sebiji dan rasanya enak *saya ini apa sih yang nggak enak??*
Lebih jauh menyusuri bazzar adalah ujian bagi yang doyan jajan. Sebaiknya jangan datang dalam kondisi lapar karena stan makanannya banyak banget dan beraneka rupa.
Memang banyak makanan khas Imlek atau Chinese food yang ditawarkan, tapi jajanan umum seperti burger, sosis panggang, bahkan kerak telor juga ada di sini.
Selain stan makanan, ada stan di bazzar ini yang menarik bagi saya yaitu stan penjual pernak-pernik semacam “fortune teller” ala Chinese berupa gantungan-gantungan bentuk naga, sempoa, lonceng dsb. semua bernuansa gold dan merah.
Saya akhirnya tertarik dan membeli sebuah gantungan kucing. Agak sial karena waktu beranjak ke stan di sebelahnya ternyata gantungan kucing yang sama dihargai 3kali lipat lebih murah.
Setelah membeli kucing kebabi-babian itu saya nonton lomba karaoke mandarin sebentar, masih di area bazzar juga. Pesertanya lagi nyanyi Tien Mi Mi.
Jadi inget waktu SMP sering banget saya denger lagu ini di puter di radio. Zaman itu saya suka sekali mendengarkan lagu mandarin. Saya memang tertarik pada lagu mandarin, jepang atau korea dan terbilang gampang hafal juga tapi saya nggak bakat nyanyi..hiks hiks.. *Lha?? malah surhat*
Lanjut menyusuri bazzarnya, ada lagi keunikan khas Cina yang bisa dinikmati pengunjung yaitu Wayang Poo Tay Hie (Potehi). Ini adalah pertunjukan wayang boneka yang terbuat dari kain. Untuk memainkannya, sang dalang memasukkan tangannya ke dalam boneka tersebut dan kemudian bercerita layaknya dalang pada umumnya. Saat itu saya kurang tahu ceritanya karena hanya menikmatinya sebentar sambil duduk melepas pegal.
Oh iya, saya senang sekali karena ada stan jajanan kesukaan saya di bazzar ini. Cakwe! tapi karena saat itu sedang ramai pembeli, saya memutuskan untuk membelinya kalau saya sudah mau pulang nanti. Daaan…waktu mendatangi stan cakwe itu lagi saat mau pulang, saya baru tahu kalau untuk membelinya harus pakai nomor antrian *alamak! macam mau bayar listrik sajo*. Saya dapat nomor antrian 114, harus menunggu cakwe dibuat dan digoreng dulu. Saat itu antrian sudah sampai 104 dan saya masih tergolong beruntung karena beberapa antrian di belakang saya sudah tidak kebagian cakwe lagi karena habis. Cakwenya memang enak, nggak sia-sia ngantrinya.
Bagi saya, kebudayaan Tionghoa dan kemeriahan perayaan tahun baru imlek di manapun itu memang selalu menarik. Semoga di tahun ular ini kita semua semakin sejahtera, bahagia, enteng jodoh, enteng rejeki *tetep yaa doanya nggak jauh-jauh dari jodoh dan rejeki 😀 *.
.:: Auf Wiedersehen
Wah meriah sekali ya. Btw, patung ularnya cute 😛
Haha..iya cute bgt, Mas..
Idola di PTBY ini..hrs antri kl mw foto sama ular ini 😀